Monday, April 26, 2010

ASHABUL UKHDUD DARI SURAH AL BURUJ

KISAH ASHABUL UKHDUD dari surah Al-Buruj.

Kisah ini sangat penting untuk dijadikan rujukan dan ikutan kepada pemuda-pemudi Islam zaman ini kerana ia mengisahkan seorang pemuda yang berani kerana Allah s.w.t, hatta ditaruhkan nyawa sekalipun. Ilmu yang benar akan memimpin kita kepada Allah s.w.t, dan ini lah yang di ajarkan oleh pendeta (ahli Ibadat) sedangkan ilmu yang diajarkan oleh ahli sihir istana adalah bathil semata-mata. Tawaqqal dan berserahnya pemuda itu kepada Allah s.w.t menyebabkan bukan sahaja dia seorang, malah keseluruhan rakyat mendapat hidayah dan beriman kepada Allah s.w.t. . Kita dapat mengikuti kisah pemuda ini tertera dalam Surah Al-Buruj dan diterangkan dengan jelas oleh Nabi kita Muhammad s.a.w dalm hadith baginda seperti berikut ;

Shuhaib bin Simaan Arrmmi ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Di masa dahulu ada seorang raja (Yahudi) yang mempunyai seorang yang ahli sihir, kemudian ketika ahli sihir telah tua ia berkata kepada raja: "Kini aku telah tua dan mungkin telah dekat ajalku, karena itu anda kirim kepadaku seorang pemuda yang dapat aku ajarkan kepadanya ilmu sihir"
Maka raja berusaha mendapat seorang pemuda untuk mempelajari ilmu sihir itu, sedang di tengah jalan antara tempat ahli sihir dengan rumah pemuda itu ada tempat seorang pendeta (ahli ibadah) yang mengajar agama, maka pada suatu masa pemuda itu singgah di tempat pendeta untuk mendengarkan pengajiannya, maka ia tertarik dengan ajaran pendeta itu sehingga jika ia terlambat datang kepada ahli sihir dia akan dipukul, dan bila terlambat kembali ke rumahnya juga dia dipukul, maka ia mengadu tentang kejadian itu kepada pendeta.
Maka diajar oleh pendeta jika terlambat datang kepada ahli sihir supaya berkata aku ditahan oleh ibuku, dan bila terlambat kembali ke rumah katakan: Aku ditahan oleh ahli sihir.

Maka berjalan beberapa lama kemudian itu, tiba-tiba pada suatu hari ketika ia akan (hendak) pergi, mendadak (tiba-tiba) di tengah jalan ada seekor binatang buas sehingga orang-orang (ramai) tidak berani jalan di tempat itu, maka pemuda itu berkata: "Sekarang aku akan mengetahui yang mana lebih yang lebih baik di sisi Allah apakah ajaran pendeta atau ajaran ahli sihir", lalu ia mengambil sebutir batu dan berdoa "Ya Allah jika ajaran pendita itu lebih baik di sisimu maka bunuhlah binatang itu supaya orang-orang dapat lalu lalang di tempat ini".Lalu dilemparkanlah batu itu, dan langsung terbunuh binatang itu. Dan orang ramai gembira karena telah dapat lalu lintas di jalan itu.

Maka ia langsung memberitakan kejadian itu kepada Rahib (pendita), maka berkatalah Rahib itu kepadanya : "Anda kini telah afdhat (pesan) daripadaku, dan anda akan diuji, maka jika diuji jangan sampai menyebut namaku". Kemudian pemuda itu dapat menyembuhkan orang buta dan sopak dan berbagai macam penyakit yang berat-berat pada semua orang.

Ada seorang pembesar dalam majlis raja dan dia telah buta karena sakit mata, ketika ia mendengar berita bahwa ada seorang pemuda dapat menyembuhkan pelbagai macam penyakit maka ia segera pergi kepada pemuda itu sambil membawa hadiah yang banyak, sambil berkata: "sembuhkan aku, dan aku sanggup memberikan kepadamu apa saja yang anda suka".

Jawab pemuda itu: "Aku tidak dapat menyembuhkan seseorang pun sedang yang menyembuhkan hanya Allah azza wajalla, jika engkau mahu beriman (percaya) kepada Allah, maka aku akan berdoa semoga Allah menyembuhkan mu".

Maka langsung dia beriman kepada Allah dan didoakan oleh pemuda dan seketika itu juga ia sembuh dengan izin Allah s.w.t.
Kemudian ia kembali ke majlis raja sebagaimana biasanya, dan ditanya oleh raja
"Hai Fulan siapakah yang menyembuhkan matamu" Jawabnya "Rabbi (Tuhanku)".
Raja bertanya: "Aku?".
Jawabnya "Bukan, tetapi Tuhanku dan Tuhanmu iaitu Allah".
Ditanya oleh Raja "Apakah anda mempunyai Tuhan selain Aku?"
Jawabnya "Ya, Tuhan ku dan Tuhanmu ialah Allah".

Maka disiksa oleh raja seberat-beratnya siksa sehingga terpaksa ia memberitahu raja itu akan pemuda yang mendoakannya untuk sembuh itu.

Maka segera dipanggil pemuda itu lalu berkata "Hai anak sungguh hebat sihirmu sehingga dapat menyebuhkan orang buta dan sopak dan berbagai macam penyakit"

Jawab pemuda itu "Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun, hanya semata-mata Allah azza wa jalla". Raja itu pun bertanya "Adakah aku?", "Tidak" jawab permuda itu. maka tanya raja itu "Adakah engkau ada tuhan lain selain aku?" Jawab pemuda "Ya, Tuhanku dan Tuhanmu hanya Allah". Maka pemuda itu ditangkap dan disiksa seberat-beratnya sehingga terpaksa dia menunjukkan pada Rahib yang mengajarnya. Maka dipanggil Rahib dan dipaksa untuk meninggalkan agamanya, tetapi Rahib tetap bertahan dan tidak mahu beralih agama, maka diletakkan gergaji di atas kepalanya dan digergaji dari atas kepalanya hingga terbelah dua badannya.

Kemudian kembali pemuda itu diperintah untuk meninggalkan agama yang dianutnya (agama Islam), tetapi pemuda ini juga menolak perintah raja, Maka raja memerintahkan supaya pergi ke puncak gunung dan di sana juga supaya ditawarkan kepadanya untuk meninggalkan agamanya dan mengikuti agama raja, jika tetap menolak supaya dilempar dari atas gunung itu, maka ketika telah sampai di atas gunung dan ditawarkan kepadanya pemuda untuk berubah agama, dan ditolak oleh pemuda itu. Kemudian pemuda itu berdoa "Allahumma ikfinihim bimaa syi'ta: (Ya Allah selesaikanlah urusanku dengan mereka ini dengan aku sehendak-Mu)". Tiba-tiba gunung itu bergoncang sehingga mereka berjatuhan dari atas bukit dan mati semuanya, maka segeralah pemuda itu kembali menemui raja, dan ketika ditanya: "Manakah orang-orang yang membawamu?". Jawabnya: "Allah yang menyelesaikan urusan mereka".

Lalu pemuda itu diperintah untuk membawanya ke laut dan naik perahu, bila telah sampai di tengah laut ditanyakan padanya jika ia mau mengubah agama, jika tidak maka lemparkan ke dalam laut dan ketika telah sampai di tengah laut pemuda itu berdoa: "Allahumma ikfinihim bimaa syi'ta", maka tenggelamlah orang yang membawanya semuanya dan segeralah pemuda kembali menghadap raja. Dan ketika ditanya oleh raja "Bagaimana keadaan orang-orang yang membawamu?" Jawabnya: "Allah yang menyelesaikan mereka".

Kemudian pemuda itu berkata kepada raja "Engkau takkan dapat membunuhku kecuali jika engkau menurut perintahku maka dengan itu engkau akan dapat membunuhku" Raja bertanya: "Apakah perintahmu?" Jawab pemuda: "Kau kumpulkan semua orang di suatu lapangan, lalu engkau gantung aku di atas tiang, lalu anda ambil anak panah milikku ini dan kau letakkan di busur panah dan membaca: Bismillahi Rabbil ghulaarn (Dengan nama Allah Tuhan pemuda ini), kemudian anda lepaskan anak panah itu, maka dengan itu anda dapat membunuhku". Maka semua usul pemuda itu dilaksanakan oleh raja, dan ketika anak panah telah mengenai pelipis pemuda itu ia mengusap dengan tangannya dan langsung mati, maka semua orang yang hadir berkata: "Aamannaa birrabil ghulaam (Kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu)". Sesudah itu ada orang memberitahu kepada raja bahwa semua rakyat telah beriman kepada Tuhannya pemuda itu, maka bagaimanakah usaha untuk menghadapi rakyat yang banyak ini. Maka raja memerintah supaya di setiap jalan digali parit dan dinyalakan api, dan tiap orang yang berjalan di sana, dan ditanya lentang agamanya, jika ia telap setia pada kami biarkan, tetapi jika ia tetap percaya kepada Allah masukkanlah ia ke dalam parit api itu.

Maka adanya orang berjejal-jejal (berbaris-baris) dorong mendorong yang masuk di dalam parit api itu, sehingga tiba seorang wanita yang menggandong(membawa) bayinya yang masih menyusu, ketika bayinya diangkat oleh pengikut-pengikut raja untuk dimasukkan kedalam parit berapi itu, wanita itu hampir menurut mereka berganti agama karena sangat belas kasihan pada anaknya yang masih kecil itu, tiba-tiba anak bayi itu berbicara dengan suara lantang: "Sabarlah hai ibuku karena kau sedang mempertahankan yang hak.
(H.R. Ahmad, Muslim dan Annasa'i)

Berkata Ibnu Abbas kisah ini berlaku 70 tahun sebelum Nabi saw.

Semoga pemuda-pemudi Islam kita akan mengambil iktibar dan pedoman dari kisah yang hebat ini.

**********


MENGAPA ALLAH TIDAK MENGUBAH NASIB KITA

Mengapa Allah tidak mengubah nasib kita


Ibrahim Adham seorang ulama terkemuka pada abad ke-7 berkunjung ke Basrah, Iraq. Di sana, beliau diajukan pertanyaan oleh penduduk Basrah.

Suatu persoalan yang berkaitan dengan doa.

Tanya mereka, “Wahai syeikh, kami selalu berdoa kepada Allah kerana kami yakin pada firman Allah yang berbunyi ‘Berdoalah kepada-Ku, nescaya Aku akan kabulkan doamu.’ Tetapi mengapa Allah tidak mengubah nasib kami?”

Lalu Ibrahim mengemukakan 10 perkara seperti berikut:

1.Kamu mengaku mengenal Allah tetapi hak-Nya tidak kamu penuhi (melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.)

2.Kamu membaca al-Quran tetapi kamu tidak melaksanakan isinya.

3.Kamu mengaku mencintai Rasulullah tetapi sunahnya tidak kamu kerjakan.

4.Kamu mengaku bahawa syaitan itu musuhmu tetapi kamu tetap patuh kepadanya.

5.Kamu berdoa agar kamu dilepaskan daripada seksa api neraka tetapi kamu tetap melakukan dosa.

6.Kamu selalu berdoa agar dimasukkan ke dalam syurga tetapi tidak mahu beramal soleh.

7.Kamu mengakui kematian itu pasti datang tetapi kamu tidak pernah menyiapkan diri menghadapinya.

8.Kamu selalu membicarakan aib saudaramu tetapi kamu lupa akan aib dirimu sendiri.

9.Kamu selalu memakan nikmat Tuhanmu tetapi kamu tidak bersyukur kepada-Nya.

10.Kamu kuburkan orang yang meninggal dunia tetapi kamu tidak mahu mengambil iktibar daripada peristiwa itu.

-nukilan dari FB Salina Ibrahim





Read more: http://www.maxx.my/story.php?title=mengapa-allah-tidak-mengubah-nasib-kita#ixzz0mDMX0deE
Under Creative Commons License: Attribution

Sunday, April 25, 2010

AL QURAN SURAH AL BURUJ - GUGUSAN BINTANG

Senin, 20 April 2009

TAFSIR SURAH AL BURUJ (Perspektif Sirah dan Pendidikan) Oleh: Harif ibn Muslim


I. Muqaddimah

Segala puji bagi Allah SWT pemilik sekalian alam, maha berilmu tentang alam ini, tidaklah terluput dariNya alam jagaT raya ini melainkan dibawah pengEtahuanNya, yang Maha Menguasai hati hamba-hambanya dan kita berdo’a kepadaNya agar diberikan keteguhan hati untuk menempuh perjuangan yang mungkin akan menggersangkan ruhiah, konsistensi kita. Kita juga memohon kepada Zat yang maha agung untuk memperkuat asas langkah-langkah kita agar senantiasa tegak dalam meniti perjuangan yang barangkali akan melebihi daripada umur kita, hal yang senada juga diungkapkan imam syahid rahimahullah
الواجبة أكثر من الأوقات
( Kewajiban itu lebih banyak dari batasan waktu ).

Tugas-tugas peradaban memanglah suatu kewajiban bagi insan yang berazam untuk kebangkitan diinul Islam. Maka suatu kisah diantara kisah-kisah yang penuh ibarat dalam Al Qur’an, untuk menjadi pendidikan sejarah bagi umat setelahnya, untuk menjadi peringatan bagi orang yang berjuang setelah beralihnya zaman ini kepada kita pada hari ini.

Konten ayat ini adalah pendidikan aqidah, sosial, kemenangan opini yang diraih dengan cara pengorbanan yang suci dari seorang pemuda yang dinamai oleh Allah SWT Ashabul Ukhdud. Kisah yang penuh spirit ini, adalah motivasi bagi mukmin yang mentadabburi Al qur’an. Sungguh banyak kisah-kisah hikmah dalam Al qur’an dan itu adalah aktornya adalah pemuda. Sebut saja , pemuda al kahfi, pemuda ukhdud, ibrahim muda, musa muda, yusuf muda, thalut muda dan masih banyak kisah dalam al qur’an yang memiliki konten ketabahan iman seorang pemuda, kematangan spritual dan intelektual, demonstratif dalam hal kebenaran, atraktif dan inovatif dalam berpikir dan dalam memeberikan idea. Maka sungguh benar apa yang dikatakan Allah SWT
......فقصص القصص لعلهم يتفكرون
Artinya: ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah , agar mereka berpikir (Al a’raaf :169)

Mempelajari kisah-kisah dalam Al qur’an mempunyai spirit tersendiri memiliki daya tarikan bagi para pemikir atau orang yang selalu memiliki paradigma filosofis, justru ini sangat dianjurkan dalam Al qur’an


Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(Ali imran:190)

Demikian juga dengan kisah pencarian Ibrahim a.s dalam mencari tuhan dalam surah Al an’am
Artinya: Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."(Al An’am:76)

Sungguh menakjubkan memang ada nilai filosofis dalam Islam yang telah lama diaplikasikan oleh para pejuang Allah SWT jauh sebelum munculnya para penemu filsafat seperti plato, socrates, aristoteles. Kita mengambil filsafat dari sudut pandang yang berbeda dengan para filosof Yunani itu. Ibrahim a.s. memiliki daya logika yang tinggi pada masa itu yang tidak dimiliki oleh manusia manapun pada saat itu. Bagitu juga kisahnya tentang mencari makna kematian adalah peristiwa filosofis yang luar biasa menakjubkan, bayangkan seorang pemuda bisa berbuat seperti itu maka kisah juga menjadi motif kita untuk berfikir sistematis sekaligus rasional dalam konteks hukum alam , bukan pada kontek yang sering menjadi buah bibir para pemikir sekularis dan orientalis. Penulis mencoba untuk menyajikan tampilan kisah ashabul ukhdud ini dari sisi yang integral , sirah, tarbiyah, dan analisa filosofis. Semoga Allah SWT memberikan kita kefahaman di jalan dakwah ini .
.....واتقو الله و يعلمكم الله.......
Artinya : bertaqwalah pada Allah SWT , maka Allah akan memberikan kamu pengetahuan(Al baqarah:282)

******

Saturday, April 24, 2010

ZAID IBRAHIM SEORANG DEMOKRAT JUJUR

Hishamuddin Rais: 38 tahun dulu Zaid memperlihatkan sifat jujur dan demokratnya

Ini cerita lama. Tapi baik juga untuk dibuka kembali agar kita semua dapat tahu apa yang berlaku puluhan tahun dahulu. Cerita-cerita ini kalau baik kita jadikan tauladan. Kalau tidak molek dapat kita jadikan sempadan. Kalau tidak pun kita baca untuk ketawa.

Ceritanya bagini:

Saya ingat lagi pada tahun 1972 – ketika itu saya anak mahasiswa yang mengulang tahun satu di Universiti Malaya. Saya telah aktif dalam perjuangan gerakan mahasiswa sejak dari awal tahun pertama lagi. Pada tahun itu, ketika Kongres Tahunan Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia (PKPM ), saya telah dilantik untuk menjadi Setiausaha Agung. Badan yang bernama PKPM ini telah diharamkan pada tahun 1974 – sesudah demo pelajar menyokong warga Baling.

Ketika saya dilantik sebagai SU Agung PKPM – perang Vietnam sedang rancak. Kuasa imperial Amerika sedang melancarkan perang kolonial ke atas Vietnam, Laos dan Kamboja – sama seperti yang sedang berlaku di Iraq dan Afghanistan hari ini.

Justeru dalam Kongres PKPM tahun 1972 itu ada terdapat resolusi yang mengutuk imperialis Amerika Syarikat dan menyokong perjuangan menuntut keadilan oleh rakyat Indo China. Ketetapan yang dibuat dalam kongres akan menjadi dasar persatuan sehingga ke kongres tahun hadapan.

Pada zaman itu gerakan mahasiswa cukup rancak. Saya adalah seorang ahli kelab sosialis yang aktif. Justeru pandangan politik saya adalah kiri. Buku dan akhbar yang saya baca adalah kiri. Negara dan pemimpin negara yang saya hormati adalah dari jalur kiri.

Berdasarkan resolusi PKPM yang anti-Amerika saya telah memasang poster-poster anti-perang Vietnam yang kami terima dari International Union of Students yang berpengkalan di Prague.

Rupa-rupanya ada juga kumpulan mahasiswa, terutama dari PMUKM yang yang tidak bersetuju dengan pemasangan poster ini. Lalu saya dikritik sebagai SU Agung PKPM yang tidak bertanggungjawab. Sebenarnya isu poster anti-perang Vietnam ini hanya alasan. Kritikan ini datang dari pelajar reaksionari bermazhab kanan.

Akhirnya satu persidangan tergempar telah diadakan. Persidangan ini diadakan di Dewan Majlis Persatuan Universiti Malaya. Saya ingat lagi petang itu – delegasi dari PMUKM, dari Serdang College, dari Institut Teknoloji Kebangsaan, KSITM dan tuan rumah PMUM turut hadir.

Saya dapat merasakan seolah-olah telah ada persetujuan untuk menyingkirkan saya dari PKPM. Idris Jusi, dari PMUKM mula bercakap membuka kes tentang saya yang dikatakan tidak mengikut dasar PKPM dan dilihat pro-komunis. Dari KSITM, presidennya Zahari tidak pula bercakap. Yang banyak bercakap ialah Ibrahim Ali.

Pandangan-pandangan kanan dan reaskioner bertaburan pada petang itu.

Sebelum keputusan dibuat untuk menyingkirkan saya dari PKPM – tiba-tiba seorang wakil delegasi dari KSITM mengangkat tangan untuk berucap. Saya masih ingat lagi anak muda itu. Dia kurus lansing dan kacak. Berkulit sawo matang. Anak muda ini memakai seluar hitam dan berbaju biru. Mustahil saya akan melupakan susuk ini. Sampai akhir hayat saya ingat apa yang berlaku pada petang itu. Tidak mungkin saya akan lupa kerana pada petang itu saya sedang disalib.

Masih terngiang di telinga saya hingga ke hari ini apa yang dikatakan oleh anak muda itu:

“Sebelum dia dibuang, dia berhak untuk diberi peluang bersuara. Ini adalah cita-cita demokrasi pelajar… dan ini adalah hak dia.”

Saya terperanjat kerana tidak ada sesiapa dari persatuan lain yang menyokong saya kecuali PMUM. Saya terperanjat kerana anak muda ini berani ‘pecah regu’ untuk menyokong saya. Saya kagum atas keberanian nya.

Saya tidak kenal anak muda ini. Tapi saya tahu anak muda ini datang dari KSITM – satu persatuan pelajar yang saya anggap reaksionari. Bila saya selidiki baru saya sedari anak muda ini ialah Zaid Ibrahim – pelajar jurusan undang-undang Institut Teknoloji Mara. Saya juga difahamkan si Zaid ini datang dari Sekolah Tuanku Abdul rahman (STAR) seteru kuat sekolah saya, MCKK.

Semenjak petang itu saya tidak bertemu dengan Zaid Ibrahim. Kami meneruskan keyakinan diri. Saya difahamkan Zaid telah menjadi seorang peguam yang berjaya. Saya terus menjadi diri saya.

Lima tahun dahulu seorang kawan dari MCKK mengajak saya untuk menjadi ahli Civil Society of Malaysia. Ini badan hak asasi manusia yang cuba diwujudkan oleh Zaid Ibrahim. Cuma ada ‘catch’ – sesiapa yang ingin menjadi ahli wajib membayar RM250. Jumlah ini agak berat untuk saya – lalu saya menolak jemputan ini.

Seminggu sebelum Ngo ini berkumpul dan bersidang saya telah mendapat panggilan telefon mengatakan bahawa RM250 telah dibayar oleh Zaid Ibrahim. Saya hairan kerana seumur hidup saya – saya belum pernah bercakap sepatah pun dengan susuk ini. Dari panggilan talipon – saya telah diberi kebenran untuk datang ke persidangan pertama Civil Society ini di Hotel Renaisance.

Inilah kali kedua saya melihat Zaid Ibrahim. Kali kedua ini agak berbeza. Anak muda kurus yang berbaju biru dan berseluar hitam dahulu telah agak bersisi. Rambutnya telah dicantikan oleh anyaman uban. Baju dan pantalon yang dipakainya kelihatan dari jenis yang baik dan bermutu. Nah! Pastilah dia telah berjaya hinggakan sanggup membayar yuran untuk orang yang tidak dikenalinya.

Dua hari sebelum nama Zaid Ibarahim dimahsyurkan sebagai calon di Hulu Selangor saya telah pergi menemuinya. Rumah kediaman si Zaid ini bukanlah sama seperti bilik sewa tempat saya menginap. Ini kawasan lumayan yang hanya 30 minit dari Serendah Hulu Selangor.

Mata saya memerhati dengan rapi untuk mengetahui lebih dalam lagi manusia yang bernama Zaid Ibrahim ini. Rumahnya tidak mengancam tapi pastilah lebih luas dari bilik sewa saya. Dalaman tidak lucah dan bukan bermotifkan budaya ‘arriviste – horray henry’ yang sering kita temui di wilayah-wilayah mewah.

Tujuan saya datang kerana ingin bertanya apakah dia masih ingat lagi apa yang terjadi di Dewan Majlis PMUM 38 tahun dahulu. Zaid termenong sabentar sebelum mengakui yang dia pernah datang ke PMUM untuk bermesyurat. Tetapi tidak ingat apa tujuan dia hadir. Malah dia juga tidak ingat bahawa pada petang itu yang di salib ialah saya.

Saya tidak merasa kecewa kerana si Zaid tidak mengingati episod itu. Inilah perjalanan hidup kita sebagai manusia . Terpencar pencar – ada yang kita ingati dan ada yang kita lupakan. Untuk kita – pekara yang ini mungkin penting dan untuk orang lain pekara yang sama adalah ‘non event – tidak ada apa apa yang penting’.

Kenapa saya menulis kesah ini? Saya menulis kerana susuk yang bernama Zaid Ibrahim ini sedang berkempen untuk memenangi kerusi di Parlimen. Saya menulis ini kerana saya yakin bahawa manusia yang bernama Zaid Ibrahim ini adalah manusia demokrat. Tiga puluh lapan tahun dahulu – ketika kami masih lagi anak pelajar – si Zaid ini telah memperlihatkan sifat jujur dan demokratnya.

Pada petang itu – 38 tahun dahulu – si Zaid telah tidak terpengaruh dengan tohmah anti-komunis, anti kiri dan anti sosialis. Sifat demokratiknya telah tertanam dalam sebelum dia meletakan jawatan sebagai menteri kabinet kerana menentang ISA. Susuk yang bernama Zaid Ibrahim dapat melihat salah dan benar.

Jika saya warga Hulu Selangor saya merasa senang hati untuk menobatkan Zaid Ibrahim sebagai wakil suara saya di Parlimen. (TT)

( sebarkan lah kesah ini – untuk kita membuat kebaikan)

KISAH SEORANG BIDUAN

KISAH SEORANG BEKAS PELARIAN

Hishamuddin Rais

Tujuh tahun dahulu satelah bosan berulang alik mengikuti lebuh raya Kuala Lumpur-Seremban, saya telah cuba mencari jalan baru untuk pulang ke Jelebu. Satu petang, semasa tercari-cari jalan keluar ke Kuala Lumpur di daerah Broga Semenyih, saya terserempak dengan sebuah bangunan. Saya terperanjat besar. Struktur bangunan seperti ini telah selalu saya lihat dalam filem.

Kerana saya ini tahi wayang, maka saya jangkakan bangunan tersergam di pinggir jalan kecil ini pastilah sebuah ’set’ filem perang Dunia ke 2. Mana tahu, mungkin Stanley Kubrik pembuat filem yang kuat menyimpan rahsia tentang filemnya, secara diam-diam telah datang membuat penggambaran di Broga.

Anggapan saya ini tidak mungkin salah kerana apa yang saya nampak ialah tembok papan dan batu empat persegi seluas dua padang bola. Di keliling tembok ini ada pagar kawat berduri. Di setiap bucu tembok ini ada pula tangga kayu tinggi yang menghubung ke sebuah pondok papan pengawal yang beratap zinc. Di bucu tembok ini juga kelihatan lampu besar yang boleh dipusing-pusing sambil menyuluh jauh.

Sesiapa yang pernah menonton filem perang Dunia ke-2 pasti memahami bahawa inilah rupa bentuk kem tahanan tentera Nazi Hitler. Tembok dan kawat berduri yang saya lihat itu betul-betul seperti apa yang pernah saya lihat dalam filem The Bridge on the River Kwai. Hanya bukan soldadu Jepun atau askar Nazi German yang tegak berdiri di atas setiap bucu tembok.

HISHAMUDDIN RAIS adalah seorang manusia baru dengan roh yang bebas. Beliau merupakan pendukung dan pengembang asal mazhab NGI (non-governmental individual). Dipengaruhi oleh fahaman Marxis jenis Groucho, Isham adalah lulusan daripada sekolah pemulihan pemikiran politik seperti Melbourne Tellamarine Center, Bombay Arthur Road, Ayer Molek dan Dang Wangi.
Kolumnya di malaysiakini - DOTMAI - terberhenti sejak April 2001 selepas penahanannya di bawah Akta Keselamatan Dalam Negeri. Isham dibebaskan Jun lalu selepas dua tahun di Kem Tahanan Kemunting. Kini Isham muncul semula dengan kolum DOTMAI KEMBALI di mana beliau akan menulis mengenai isu-isu politik semasa, filem, seksualiti hingga kepada isu estetika kebosanan hidup.

Saya tidak berani bertanya kepada sesiapa pun tentang ’set’ ini sehinggalah bulan Mac 1998 apabila pecahnya berita kematian beberapa pendatang haram di kem tahanan Semenyih. Ketika kematian ini terjadi, saya masih lagi belum begitu arif tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi di tanahair saya sendiri.

Ejen pendesak

Saya memang tahu tentang wujudnya pendatang haram yang dikurung kerana di sebelah lebuh raya Plus di kawasan Sungai Besi ketika itu, jelas dapat dilihat rumah panjang berkawat duri yang menempatkan pendatang Vietnam. Saya tidak sedar bahawa ketika itu telah sedia wujud 10 buah kem saperti yang saya lihat di Semenyih.

Bila membaca tentang orang pelarian/pendatang haram ini, hati saya menjadi sayu kerana saya sendiri juga bekas orang pelarian. Setelah pasport saya dirampas di Bangdad pada 1977, maka secara rasminya saya menjadi orang pelarian. Keadaan politik ini telah memaksa saya tinggal di Pakistan secara haram. Ertinya, saya menukar nama untuk memiliki identiti baru.

Ketika itu, revolusi Iran baru hendak bermula. Kami di Universiti Karachi adalah antara kumpulan mahasiswa pertama yang berani keluar menunjuk perasaan menentang Shah Reza Pahlevi walaupun dengan memakai karung menutup kepala kami. Akhirmya Shah yang didukung oleh kuasa imperial Anglo-Amerika jatuh dan melarikan diri ke Mesir.

Tidak kesemua anak mahasiswa yang bersentimen anti-Shah bersetuju dengan garis politik Imam Khomenei. Yang bersetuju dengan Imam Khomenei pulang ke Tehran. Kumpulan mahasiswa kiri yang anti-mullah, akhirnya menjadi orang pelarian seperti saya. Komunti pelarian politik kami bertambah apabila suasana politik di Tehran terus tidak menentu. Saya sering mendengar dan ternampak muka baru meninggalkan Iran untuk ke Pakistan untuk mencari perlindungan politik di Eropah atau Amerika Utara.

Saya rasa tidak ada sesiapa yang akan meninggalkan tanah tumpah darah mereka tanpa sebab musabab yang menyakinkan. Orang yang siuman tidak akan meninggalkan kaum keluarga, anak isteri dan sahabat handai dengan sehelai sepinggang jika tidak terdesak oleh tekanan politik. Juga tidak ada sesiapa yang akan meninggalkan tanahair mereka jika negara mereka aman, permai, tersusun tanpa kacau-bilau politik atau tidak dilanda perang atau bencana alam.

Manusia berpindah ke wilayah yang lebih selamat untuk mempertahankan zuriat. Manusia akan melakukan apa sahaja untuk menyambung zuriat manusia daripada pupus. Bencana alam, kemelesetan ekonomi dan perang, telah menjadi ejen pendesak yang memaksa manusia berpindah. Ribuan tahun dahulu, kita, orang Melayu pun berpindah dari kawasan yang jauh sebelum datang membuka kawasan semenanjung ini untuk mendirikan tamadun dan negara bangsa.

Perjanjian Pelarian

Sebelum saya menjadi orang pelarian di Pakistan, permintaan suaka politik saya pernah ditolak oleh kerajaan Australia. Ketika saya mengajukan permintaan itu, layanan terhadap si pemohon tidaklah seganas yang kita dengar/baca hari ini. Ketika menunggu jawapan, saya bebas dengan aktiviti budaya politik kemahasiswan bersama pelajar Australia ketika itu. Belum wujud dan tidak terlintas di kepala bahawa satu ketika nanti, akan wujud kem-kem tahanan yang terletak di kawasan pendalaman atau di tengah-tengah gurun pasir.

Hari ini, warga dunia masih terus diancam oleh bencana perang. Di Amerika Latin, di Selatan Eropah, di Timur Tengah, di Afrika, di Haiti, Afghanistan, Kashmir, Burma, Nepal, Nuigini, Acheh, Muluku – malah dimana-mana benua wujud perang kecil dan perang besar yang sedang membara. Semua ini adalah penjana kelahiran orang pelarian. Warga melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa.

Saya tidak tahu dan tidak memiliki statistik yang tepat tentang berapa ramai rakyat yang bukan warga Malaysia yang sedang memohon suaka dan perlindungan politik di negara ini. Saya difahamkan, semenjak meletus perang menuntut kemerdekaan di Acheh, 50,000 warga Acheh lari ke Malaysia mencari perlindungan. Krisis politik di Burma yang berlanjutan telah mendatangkan 10,000 rakyat Burma yang juga ingin mencari perlindungan politik.

Kerajaan Barisan Nasional yang dikepalai oleh United Malay National Organisation (Umno) – yang memerintah Malaysia hari ini, telah enggan menandatangani Perjanjian Pelarian 1951 yang dianjurkan oleh Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB). Perjanjian ini muncul hasil daripada pengalaman Perang Dunia ke-2 di mana beratus ribu rakyat pelbagai negara berpindah randah akibat perang. Huru-hara di Eropah ini menimbulkan kesedaran mendalam bahawa semasa perang berlaku, yang menjadi mangsa utama ialah rakyat biasa.

Banyak negara kafir di Eropah yang tidak mengamalkan Islam Hadari, telah menandatangani Perjanjian Pelarian 1951 ini. Saya sendiri, ketika mendapat suaka politik dari Belgium dahulu, telah dilindungi oleh perjanjian 1951 ini. Di bawah perjanjian ini, sesiapa sahaja yang didiskriminasi kerana pandangan politik, pandangan agama atau kerana warna kulit, kerana bahasa/budaya berbeza, akan dilindungi.

Saya memohon suaka politik ketika saya ditahan di penjara Bombay (Mumbai), India. Wakil PBB datang ke dalam penjara untuk menemubual saya. Melalui temubual itu, wakil PBB ini mengajukan cadangan kepada beberapa negara yang mungkin sanggup menerima saya. Saya telah menolak Kanada kerana saya rasakan negara ini terlalu jauh dari Malaysia. Akhirnya saya diterima oleh Belgium – sebuah negara kafir dan negara pengeluar beer yang terbaik di Eropah.

Pengalaman di Belgium

Di Belgium, saya telah diberi hak setaraf dengan rakyat Belgium. Ertinya saya boleh menyambung pelajaran di universiti sama seperti anak mahasiswa tempatan. Saya menerima biasiswa sama seperti pelajar Belgium. Saya boleh melamar kerja jika saya telah memiliki latihan yang diperlukan. Saya juga dibenarkan mengundi. Setelah tiga tahun tinggal di Belgium, saya ditawarkan sama ada ingin menjadi warga negara Belgium atau terus ingin menjadi warga negara asal.

Saya juga telah diberi ‘passport’ yang membenarkan saya pergi ke mana sahaja dalam dunia ini kecuali Malaysia. Cuma dua perkara yang dilarang – saya tidak digalakkan untuk menjadikan Belgium sebagai tempat untuk saya menentang seteru politik saya. Dan saya dilarang bertanding merebut jawatan awam seperti ahli Parlimen atau ahli majlis tempatan. Selain daripada ini, saya setaraf dengan warga tempatan.

Pengalaman menjadi orang pelarian politik di Belgium memaksa saya mengkagumi falsafah dan cara pengurusan negara-negara kafir yang menandatangani Perjanjian Pelarian 1951 ini. Kesemua negara yang menanda tangani perjanjian ini, rasa saya, belum lagi mengamalkan Islam
Hadhari. Atau besar kemungkinan warga mereka belumpun terdengar bunyi perkataan ini. Walaupun tanpa Islam Hadhari, sambutan dan pengurusan mereka terhadap orang pelarian boleh dicontohi.

Hormat kemanusiaan

Dalam masa yang sama, saya terfikir kenapa agaknya negara yang mengamalkan Islam Hadhari ini amat ganas sekali tingkah lakunya apabila berhadapan dengan pelarian politik. Perjanjian Pelarian 1951 hanyalah satu daripada berbelas perjanjian antarabangsa yang dicadangkan oleh PBB demi kesejahteraan umat manusia. Tetapi kenapa perjanjian-perjanjian untuk kebaikan manusia ini enggan ditandatangani.

Kerana ini, saya tidak dapat melihat ketamadunan yang dimunculkan apabila kita tidak memberi hormat kemanusiaan kepada insan walaupun insan yang bukan warga negara kita. Umum mengetahui bagaimana pihak yang memiliki kuasa dan yang berupaya menguatkan kuasa, sering berlaku ganas terhadap orang asing ini. Kes kematian pendatang haram dari Acheh yang dibunuh pada 1998 dahulu masih belum diketahui hujung pangkalnya. Saya juga mengetahui kes di mana ibu dan anak kecil ditahan berbulan-bulan hanya kerana mereka tidak memilki kertas perjalanan yang putih dan saheh.

Umum juga mengetahui bagaimana orang pelarian ini sering dijadikan mangsa ‘pau’ oleh pasukan penguatkuasa. Malah ramai orang pelarian politik dan juga pendatang asing ini yang dijadikan sumber duit poket atau duit belanja raya oleh pihak penguatkuasa undang-undang. Di negara Islam Hadhari ini bukan sahaja kehidupan mereka selalu dipersusahkan, malah hak mereka untuk mencari pendapatan yang halal pun dipersempitkan.

Ketika saya mula sampai ke Belgium, saya disediakan tempat tinggal yang saya kongsi bersama berbelas-belas pelarian politik dari pelbagai negara. Ertinya, saya tidak akan merempat mati kesejukan di tepi jalan. Dua minggu kemudian saya dimasukkan ke sekolah untuk mempelajari bahasa tempatan. Dua bulan kemudian saya memiliki bilik saya sendiri dan menerima dana bulanan untuk melanjutkan pelajaran ke universiti.

Pada 1993, saya melawat sebuah pulau bernama Aland. Pulau yang didiami 22,000 penduduk ini, walaupun dalam negara Finland, tetapi mereka berbahasa dan berbudaya Swedish. Di satu pagi saya pergi ke perpustakaan untuk mencari akhbar Inggeris. Saya terperanjat apabila saya terlihat di rak akhbar terpampang Kahyan International dari Iran – akhbar harian yang menggunakan setengah bahasa Inggeris dan setengah tulisan bahasa Parsi.

Apabila diselidiki, saya diberitahu bahawa di Aland ada satu keluarga dari Iran yang mendapat suaka politik. Warga Aland menerima keluarga pendatang ini dengan tangan terbuka. Akhbar Kahyan International telah dilanggan, khusus agar keluarga Iran ini tidak terputus hubungan dengan berita dan budaya tanahair mereka. Jawapan ini menusuk hati saya dan tidak mungkin akan lupakan sepanjang hidup saya.

Pengalaman saya sebagai pelarian politik di negara kafir amat berbeza daripada apa yang sedang berlaku di negara-negara Islam yang Hadhari dan yang tidak Hadhari. Di negara-negara ini, bukan sahaja warga yang tidak seagama diperlakukan sewenang-wenang, malah yang seagama pun, seperti warga Acheh, akan ditibai sehingga mati.

Minggu ini, dunia memperingati berjuta-juta orang pelarian di seluruh pelusuk dunia. Saya sedar, di dalam negara kita ini, ada beribu-ribu yang sedang ditahan di lokap dan di kem tahanan. Ada yang lari kerana tekanan politik. Ada yang lari kerana tekanan ekonomi.

Tiada garis pemisah

Bagi saya, tiada garis pemisah antara yang datang kerana politik atau yang datang kerana ekonomi. Masalaah yang dihadapai oleh pelarian politik atau ekonomi sama sahaja. Lari kerana politik, asas politik itu adalah ekonomi. Lari kerana ekonomi, asasnya ialah politik. Penindasan, penghinaan dan keganasan yang mereka hadapi tidak akan membeza-bezakan mereka.

Bila tergambar rupabentuk kem tahanan Semenyih itu, saya teringat semula kepada kem tahanan di Kamunting. Tidak bayak perbezaan. Mungkin di kem tahanan pendatang haram ini penghuninya lebih padat. Mungkin juga ada anak kecil dan bayi yang baru dilahirkan. Jika apa yang saya sangkakan ini betul, maka apa yang sedang berlaku di kem-kem ini tidak jauh bezanya dari kem-kem Nazi yang pernah kita lihat dalam filem perang Dunia ke-2.

Cuma yang berbeza kem-kem dalam filem-filem ini hanyalah hasil arahan citarasa David Lean atau Spielberg. Para tahanan hanyalah pelakon tambahan yang disolek untuk memperlihatkan kesengsaraan. Manakala warga tahanan di kem-kem pendatang haram yang wujud di negara kita ini, merasakan kesengsaraan yang betul-betul sengsara.

Mereka merasakan keperitan hidup yang dapat dirasakan jika kita memiliki fitrah kemanusiaan. Kesengsaraan dan keperitan di kem ini bukan satu solekan. Cuma yang menjadi pengarah di kem-kem ini adalah diri kita sendiri. Kita semualah yang bertanggung jawab kerana kita membenarkan penindasan dan kesengsaraan dilakukan di atas nama kita semua.

Kisah seorang bekas pelarian

Posted: June 17, 2005

Friday, April 23, 2010

RUSSIA'S FIRST HIGH SPEED-TRAIN

SAINT PETERSBURG, April 24 (AFP) - Russia's first high-speed train, the Sapsan, has made life easier for well-heeled commuters after its launch but sparked a hate campaign from ordinary people living along the route.

To vent their rage at the train, which travels between Moscow and the former imperial capital of Saint Petersburg in just three hours and 45 minutes, residents have thrown stones and even fired shots in at least 14 attacks, according to Russian Railways (RZD).

In January, a resident of Leontyevo, a village in the Tver region, threw a block of ice at a carriage, breaking a window.

The man responsible told police he decided to damage the train after he was knocked off his feet with a blast of air as it sped past at 250 kilometres per hour (155 mph).

The new high-speed train -- which runs along ordinary tracks -- represents a particular danger because in Russia the tracks are not fenced off and are used by many rural residents as footpaths.

Four people have been knocked down by the Sapsan since its inception in December last year, a senior interior ministry official said last week in comments reported by Fontanka.ru, a Saint Petersburg news web site.

The train moves almost silently at high speed and people often take shortcuts across the railway rather than using inconveniently placed level crossings, said Alexander Brevnov, the deputy head of the interior ministry's transport law enforcement department.

"The transport minister (Igor) Levitin has called for Sapsan to be fully isolated from other railway tracks. I fully agree with him," Brevnov said.

The Sapsan -- which means Peregrine Falcon in Russian -- was launched with the aim of catapulting Russia's vast railway network into the era of high speed rail travel.

The dashing white and red German-made trains are a marked contrast to the green carriages that have traditionally carried travellers across Russia on lumbering sleeper trains.

"I have seen bunches of flowers left along the tracks in memory of two people killed due to Sapsan," said Tatyana Khrolenko, 70, who has a country cottage outside Saint Petersburg.

The numbers of those killed on the tracks in Russia are already extraordinarily high -- 2,953 people died last year and 1,494 were injured, according to Russian Railways.

The launch of the Sapsan also led to cuts in local train services that criss-cross the route, making it harder for people living in the region to travel to work and dachas.

Earlier this month, two men were arrested after they shot at the train with an air rifle, while in January, a stone was thrown through a carriage window as the train passed through the Tver region.

Blogger "aart" complained that he arrived at a station in the Moscow suburb of Skhodnya with his child, and found out that three local trains had been removed from the schedules.

"We had to wait an hour and a half in the cold," he wrote. "Both of us fell ill. Next time if I see the Sapsan approaching, I will pick up a stone."

Many locals are resentful of the sleek ultra-modern train, whose tickets priced at up to 230 dollars for a first class seat are well out of the reach of most rural residents.

"The Sapsan is obviously a train for the elite," complained Khrolenko.

"No one thinks of those who live between Moscow and Saint Petersburg and who also need to travel," she said. "Of course throwing stones is barbarous, but it's the only way for people to show their discontent."

Anatoly Osnitsky, the director of a psychology and psychotherapy centre in Saint Petersburg, attributes the resentment to more than headaches over commuting.

The Sapsan is irritating to many because it transports a privileged class and reminds them of their relative poverty in a country which still has a huge gap between rich and poor, he said.

"For many inhabitants of the regions between Moscow and Saint Petersburg, the Sapsan is a symbol of success," he said. (By Marina Koreneva/ AFP)


*******

Monday, April 19, 2010

Zaid Ibrahim! The fire is burning your way...

If you google the name Zaid Ibrahim, you could read under Wikipedia, the free encyclopedia a well educated, righteous and hero like character as follows:

Born in
Kota Bharu, Kelantan, Zaid started his law studies in Universiti Teknologi Mara (UiTM), Shah Alam (or Institut Teknologi Mara (ITM) as it was known then) by taking his LL.B (Hons.) External Programme which was conducted by the University of London. Upon graduating from ITM, he went to London and was accepted as a Barrister-at-Law, Inner Temple. In 1987 he founded Zaid Ibrahim & Co., which as of 2008 is the largest law firm in Malaysia with over 140 lawyers.[1]


Zaid is known for his criticism of the government's handling of legal issues such as the judiciary, human rights and Islamic law. He supported the establishment of the Royal Commission of Inquiry into the Lingam Video Clip, criticising the government's initial response to the clip, which allegedly revealed fixing of judicial decisions and graft in the judiciary.[3]


Within days of his appointment as Minister, Zaid stated that the government had to openly apologise for its handling of the 1988 Judicial Crisis, which saw the sacking of the then Lord President of the Supreme Court, Tun Salleh Abas, from his seat. Zaid called it one of his three main goals: "In the eyes of the world, the judicial crisis has weakened our judiciary system."[6] However, he rejected the idea of reviewing the decision: "I am not suggesting that we re-open the case. I am saying that it’s clear to everyone, to the world, that serious transgressions had been committed by the previous administration. And I believe that the prime minister is big enough and man enough to say that we had done wrong to these people and we are sorry."[7]

Malaysia Today, a pro-opposition alternative media wrote as follows:

Zaid Ibrahim may easily be the best possible candidate for Hulu Selangor by election. After all, he is a former minister, highly principled, a well known face nationally, a corporate figure and a high ranking political figure in his party.

Not only he may be the best, but also the most convenient candidate for Anwar Ibrahim and his team.



How could a person of such perfect pedigree be facing a tirade of personal attacks in the Hulu Selangor by-election. Zaid Ibrahim the ideal candidate for the Hulu Selangor by-election is suddenly forced to be on the defensive. Today he was forced to make a defensive statement as follows:

HULU SELANGOR: Datuk Zaid Ibrahim has owned up to a mistake made in the past but says his drinking days are over.

The PKR candidate also says he does not want to be a hypocrite by trying to hide his shortcomings.

“It’s past. It is an old story. If they want make an issue out of it, let it them. I have sought Allah’s forgiveness. I ask Selangor for forgiveness, the ball is at Umno’s feet.

“Whatever my shortcomings, my weaknesses, I am human, but I am capable of becoming an elected representative.” he said.

Finally Pakatan is having a taste of their own medicine. Remember what they say about people living in glass-houses should not throw stones. PAKATAN had been an expert at throwing stones because their candidates have been largely unknowns. The BN candidates by and large are high profile personalities with baggage or public image that have been damaged due to facts or rumors. PAKATAN had adopted the strategy of personal attack to the fullest and they have been successful to date.

In the Hulu Selangor by-election, the BN candidate is a relatively unknown as compared to PAKATAN'scandidate. Knowing the candidate, you would have plenty of facts to dispel the real person ZAID IBRAHIM as to the artistically painted and packaged person. He was even also said to have been head hunted and identified as the reserve for the other son of Ibrahim (Anwar) in the event the sodomy trial sticks. Zaid would have taken over from Anwar to lead PAKATAN to Putrajaya.

Change or no change...the culture and practices of Tun Mahathir's time have been changed. The present PMDato Seri Najib had introduced and seriously walked the talk of change. His "A New Vision For Malaysia" outlined changes along the New Economic Model and the Government Transformation Programme that reflects the desire, demand and thinking of the common people.

The Hulu Selangor by-election should be an election on issues as opposed to issues against personalities. The electorates must be educated on what they are voting for? The electorates are lucky to be God chosen to determine the future direction of the political trend in Malaysia.

The issue is whether they support Dato Seri Najib's walk whereas many were just doing the talk.

The electorates are not voting on the local issues alone. They are not voting on Zaid or Kamalanathan. They are not voting for an Indian or a Malay. They must be reminded that they are voting for the future political leadership or direction of the nation. Are we going to standstill fighting for change when the wheels of change is in motion?

Just to get Anwar DAP or PAS to Putrajaya?

Must Dato Seri Najib be punished for all the wrongs and corruptions of the past regime under TunMahathir/Anwar Ibrahim?

Should we allow issues of the past to cloud the present?

Lets move forward and support change under Dato Seri Najib...Let's move on! We cannot run on the spot based on past mistakes made at a certain time in a certain environment.

It is Najib's call now....he is making some very difficult decision under very trying and challenging political circumstance.

Tun Abdullah had pleaded that the Rakyat work with him to bring about changes. Instead Tun Mahathir and many had failed to work with him but worked against him instead...

DS Najib had pledged and pleaded in New York as follows:

NEW YORK: Datuk Seri Najib Tun Razak says he will not back off from making difficult decisions in reforming Malaysia’s economic model and transforming the Government.

“To those who harbour doubts whether as Prime Minister, I have the will to bring about these difficult changes, I have this to say: ‘When the going gets tough, the tough get going.’

“I am ready to make the difficult changes that Malaysia needs,” Najib told an international audience at a lunch talk organised by the Asia Society here on Friday.

Let's give him the political support he needed. The nation had enough of personal attack or political spins! The Malaysians have woken up to the reality and challenges of the Malaysian political terrain.

We have extremist on both ends. We have fundamentalist lurking to emerge at the right time. We have manyPAKATAN leaders with flesh and hot-blooded like BN. The issue is change and Najib is bravely leading us on a path of change...

Let's forget about Zaid's personal problem and move on to support the Prime Minister's reform...it is easier said than done!

Oh yes! Zaid was a staunch Mahathir supporter...and a beneficiary too!

But now the tables are turning....the fire is burning...and it is burning the other way!